About

MY BLOG

Selamat Datang Di Blog Nuri Prihanto Nugroho

Makalah Ontologi

MAKALAH

ONTOLOGI BAGIAN DARI FILSAFAT ILMU
Diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu (LKP001)
Dosen: DR. H. Endang Komara, M.SiPada Program Pascasarjana STKIP Pasundan Cimahi



 











Disusun oleh
KELOMPOK 1






















PROGRAM PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PASUNDAN CIMAHI
TAHUN 2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karuania-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai Ontologi sebagai bagian dari Filsafat Ilmu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan salah satu tugas kelompok dari mata kuliah Filsafat Ilmu, pada program pasca sarjana studi Ilmu Pengetahuan Sosial.
Dalam makalah ini dibahas tentang pengertian ontologi yaitu cabang ilmu filsafat yang menelaah  tentang objek apa yang ada dalam telaah ilmu. Komponen-komponen ontologi meliputi  objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas dan Metode dalam Ontologi yang memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu :abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Aliran-aliran ontologi  antara lain naturalisme, meterialisme, idialisme, hylomorfisme, dan empirisisme logis. Ilmu Pengetahuan Ditinjau dari Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno, dan Argumen ontologi ditinjau dari presfektif agama, yang menyatakan wujud ialah idea-idea itu bukanlah benda yang dapat ditangkap dengan pancaindra. Benda-benda nyata adalah khayal atau illusi belaka, benda-benda berwujud karena idea-idea.
Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini kami tidak terlepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi, baik dari penyusunan kalimat maupun sistematikanya. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu kami berharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Dalam kesempatan ini sudah sepantasnyalah, kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat :
1.    Prof.Dr.Idrus Affandi, S.H., sebagai Ketua Prodi Pascasarjana STKIP Pasundan Cimahi;
2.    Prof.Dr. H. Endang Komara, M.Si , selaku dosen Filsafat Ilmu Program Pascasarjana STKIP Pasundan Cimahi;
3.    Dosen wali dan Staf TU STKIP Pasundan Cimahi
4.    Rekan-rekan satu angkatan, dan semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini,
Mudah-mudahan amal baik Bapak, Ibu, Sdr., serta rekan-rekan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT, Amin. Dan semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dari kelompok 1 dan umumnya bagi pembaca, dan kami berharap muda-mudahan diberi taufiq oleh Allah SWT dalam penulisan makalah ini dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang miliki.
“Tidak ada taufiq bagiku kecuali dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nyalah aku kembali.”



Cimahi, Agustus 2011
Penulis,

Kelompok 1















DAFTAR ISI
                                                                                                     hal    

KATA PENGANTAR  ……………………………………………………………
      i
DAFTAR ISI    ……………………………………………………………………
    iii
Bab  I  PENDAHULUAN     ………………………………………………….
     1
A.   Latar Belakang     ………………………………………………
     1
B.    Rumusan Masalah     ………………………………………….
     2
C.   Tujuan Penulisan     ……………………………………………
     3
D.   Batasan Makalah     …………………………………………...
E.    Sistematika Penulisan     …………………………………….
     3
     3
Bab II  PEMBAHASAN MASALAH     …………………………………….
     5
A. Pengertian Ontologi     ……………………………………….
     5
B. Komponen-komponen ontology     ……………………….
     6
C. Aliran-aliran ontologi     ……………………………………..
     7
D. Tinjauan Ontologi terhadap Ilmu Pengetahuan     …
     9
E. Argumen ontologi ditinjau dari presfektif agama
   11
Bab III KESIMPULAN     …………………………………………………….
   14
DAFTAR PUSTAKA     ………………………………………………………..
   15







BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pada zaman dahulu bangsa-bangsa di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh dewa, oleh karenanya para dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah. Dengan filsafat, pola pikir yang  selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio.
Perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris membawa implikasi yang besar. Alam dengan segala gejalanya, yang selama ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan dieksplotasi. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik di alam jagad raya (makrokosmos) maupun alam manusia (mikrokosmos). Dari penelitian makrokosmos bermunculan ilmu astronomi, fisika, kimia dan sebagainya, sedangkan dari mikrokosmos muncul ilmu biologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya. Filsafat ilmu muncul atau ada karena manusia ingin mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi bomerang bagi kehidupan umat manusia. Disamping itu salah satu tujuan  filsafat ilmu adalah untuk mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah instrument bukan tujuan.
Saat ini filsafat ilmu merupakan suatu topik yang digunakan untuk menganalisis dan dijadikan suatu topik diskusi eksplisit yang setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya. Sebagai suatu disiplin, filsafat ilmu berusaha untuk menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penelitian ilmiah yaitu prosedur-posedur pengamatan, pola argumen, metode penyajian, penghitungan, peramalan metafisik dan mengevaluasi dasar-dasar validitasnya bedasarkan sudut pandang logika formal, metodologi praktis dan metafisika.

Jangkauan filafat ilmu apabila ditinjau dari paradigma keluasannya ada beberapa dimensi yang bisa menjadi cakupan kajiannya. dimensi filsafat, dimensi logis, cultural dimension (dimensi kebudayaan), historical dimension (dimensi sejarah), humanistic dimension (dimensi kemanusiaan), recreational dimension (dimensi rekreasi), dan system dimension (dimensi sistem).

Sedangkan dimensi filsafat ilmu yang sering menjadi kajian secara umum yaitu meliputi tiga hal: dimensi ontologi, dimensi epistemologi, dan dimensi aksiologi. Ketiganya merupakan cakupan yang meliputi dari keseluruhan–keseluruhan pemikiran kefilsafatan.

Perkataan “ontology” berasal dari perkataan dari Yunani “ yang ada”, ontologi merupakan cabang filsafat yang menggeluti tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin. Ontology menggunakan kategori-kategori ada-menjadi , aktualitas- potensialitas, nyata-tampak, perubahan, eksistensi-non eksistensi, esensi, keniscayaan yang ada sebagai yang ada.
Ontologi membahas tentang yang ada melalui pemikiran universal, dan  berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya

B.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang pemikiran di atas maka timbul pokok bahasan yang menjadi permasalahan, diantaranya sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan ontologi?
2.    Komponen-komponen apa saja yang dapat pada ontologi ?
3.    Aliran-aliran apa saja yang terdapat dalam ontologi ?
4.    Bagaimana ditinjau ontologi terhadap ilmu pengetahuan?
5.    Bagaimana Argumen ontology ditinjau dari presfektif agama?



C.   Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Dosen: DR. H. Endang Komara, M.Si Pada Program Pascasarjana STKIP Pasundan Cimahi
2.    Tujuan Khusus
Adapun dari uraian makalah ini diharapkan :
a.    Mengetahui pengertian tentang ontolgi
b.    Dapat menyebutkan dan menjelaskan tentang komponen-komponen ontologi
c.    Dapat menyebutkan dan menjelaskan tentang aliran-aliran ontologi
d.    Mengetahui tinjauan ontology terhadap ilmu pengetahuan
e.    Mengetahui ontologi ditinjau dari presfektif agama

D.   Batasan Masalah
Yang menjadi batasan permasalahan pada pembahasan makalah ini adalah :
1.    Pengertian ontologi
2.    komponen-komponen ontologi
3.    Aliran-aliran ontologi
4.    Ontologi bagian dari filsafat ilmu
5.    ontologi ditinjau dari presfektif agama

E.    Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah memahami pembahasan dalam makalah ini, dipergunakan sistematika sebagai berikut :
Bab I      Pendahuluan
Di dalam bab ini dijelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan yang tediri dari tujuan umum dan tujuan khusus, batasan masalah, dan sistematika pembahasan.
Bab II    Pembahasan Masalah
Di dalam bab ini diuraikan tentang pengertian ontologi, komponen-komponen ontologi, aliran-aliran dalam ontologi, tinjauan ontologi terhadap ilmu pengetahuan, dan argumen ontologi ditinjau dari presfektif agama.
Bab III Kesimpulan
Sebagai akhir dalam makalah ini, di sini kami mengemukakan kesimpulannya.
























BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A.   Pengertian Ontologi
Istilah ontologi muncul sekitar abad ke-17 yang dikenal dengan ungkapan mengenai “filsafat mengenai yang – ada” (philosophia entis). Martin Heidegger (1889-1976) memahami ontologi sebagai analisis eksistensi dan yang memungkinkan adanya eksistensi. Para eksistensialis menunjukkan bahwa pengetahuan apa pun yang dikembangkan haruslah dikembalikan pada eksistensi dan ke-eksistansi-an manusia sebagai “ Ada” yang mengadakan atau “pengada actual” (causa efficiens).
Menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, On atau Ontos yang berarti ada, dan Logos berarti ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Adapun dalam Kamus Filsafat Ontologi merupakan suatu studi tentang sisi esensial dari yang ada. Dalam bahasa inggris disebut ontologi memiliki pengertian :
1.     Suatu asumsi tentang eksistensi (kehadiran, keberadaan) yang mendasari setiap pola konseptual atau setiap teori atau sistem idea
2.     Suatu cabang penelitian metefisika yang berhubungan dengan kajian eksistensi itu sendiri
Menurut Ibnu Khaldun ontologi merupakan teori tentang yang wujud (suatu yang wujud) dan kadang-kadang juga ontologi disamakan dengan metefisika. metafisika juga disebut sebagai prote-filisofia atau filsafat yang pertama.
Secara istilah ontologi adalah ilmu yang memperlajari tentang hakikat yang ada (ultimate reality) baik jasmani/konkret maupun rohani/abstrak
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret, Ontologi membahas tentang yang ada secara universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan,

B.    Komponen-komponen ontologi
Komponen-komponen yang akan diuraikan pada pembahasan saat ini, meliputi :
1.    Objek Formal ontologi
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, sedangkan telaahnya akan menjadi kualitatif.
Realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Sedangkan menurut Al-Farabi dan Ibnu Zina objek pemikiran menjadi objek sesuatu yang mungkin ada karena yang lain, dan ada karena dirinya sendiri.
Referensi tentang kesemuanya itu cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya lebih di jelaskan. Ontologi di ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya De Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya mencari alternatif bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.
2.    Metode dalam Ontologi
Metode dalam ontology menurut Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu :
1.    Abstraksi fisik, menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek
2.    abstraksi bentuk, mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis, dan
3.    abstraksi metaphisik. mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas
Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
pembuktian a priori adalah pembuktian yang tidak diperoleh dari percobaan/eksperimen tetapi bersumber dari akal itu sendiri dan pembuktian a posteriori adalah pembuktian yang diperoleh dari eksperimen/pengalaman indrawi.
Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.
Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik
Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori. Yang apriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan
Suatu Contoh :
1.    Pembuktian a priori
Yang Memakai baju toga adalah calon sarjana
Pak Syarifudin memakai baju toga
Jadi > Pak Syarifudin calon sarjana
2.    Pembuktian a posteriori
Pak Lukman merupakan mantan lurah Cimindi
Pak Lukman seorang Pengusaha Emas
Jadi > Salah seorang mantan lurah Cimindi adalah seorang pengusaha emas

C.   Aliran-aliran dalam ontologi
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni :
1.    Aliran Naturalisme (kenyataan yang bersifat kealaman), aliran naturalisme mendasarkan ajarannya pada penelitian “alam”
2.    Aliran Meterialisme (kenyataan yang bersifat benda mati),
3.    Aliran Idialisme (Kenyataan yan bersifat rohani),
4.    Aliran Hylomorfisme (yang sungguh ada kecuali berupa Tuhan dan Malaikat berupa bahan bentuk)
5.    Aliran Empirisisme logis (segenap pernyataan mengenai “kenyataan” yang tidak mengandung makna) .
Contoh dari paradigama ontologi filsafat, menghendaki sesuatu yang bersifat rasional sehingga menghasilkan hipotesis yang raisonal pula. Setelah menemukan hipotesis yang rasional maka dibuktikan secara empiris, sebagaimana mengikuti metode ilmiah. Metode Ilmiah merupakan metode yang membuktikan bahwa suatu hal tersebut bersifat logis, kemudian menarik sebuah hipotesis yang disertai dengan bukti empiris.
Materialisme adalah ajaran ontologi yang mengatakan bahwa yang ada yang terdalam bersifat material. Apakah kenyataan itu mengandung tujuan atau bersifat mekanis (artinya, bersifat teleogis atau tidak) merupakan suatu pertanyaan ontologis.
Dalam prakteknya, penyelesaian masalah ontologis mempunyai berbagai macam jawaban filsafati yang berbeda-beda, sesuai dengan titik tolak pemikiran yang digunakan. Kita dapat memberi contoh hal tersebut misalnya dengan berbagai pandangan atau aliran filsafat seperti jawaban natiralisme, materialisme, idealisme. Salah satu tokoh aliran filsafat idealisme yang paling terkenal adalah Hegel. Menurut Hegel akal adalah kepastian yang sadar tentang semua realitas yang ada, ia menegaskan bahwa yang nyata adalah rasional, dan yang rasional adalah nyata. Idealisme absolut merupakan landasan filsafat Hegel yang menempatkan ide absolut sebgai hakikat ontologis.
Contoh lain dari jawaban ontologis adalah aliran materialisme. Aliran ini berusaha melampaui pengertian “alam” dan mendasarkan diri pada macam substansi atau kenyataan terdalam yang dinamakan materi. Kaum meterialis pada masa lampau memandang alam semesta tersusun dari zat-zat renik yang terdalam tersebut dan memandang alam semesta dapat diterangkan berdasarkan hukum-hukum dinamika, contohnya hal ini dikenal dengan rumus fisika dewasa ini dengan E = MC2, yang menggambarakan bahwa tenaga E kedudukannya dapat saling dipertukarkan dengan massa m. jadi istilah pokok yang melandasi ajaran materialisme adalah “materi”. Contoh dari artikulasi ontologi materi adalah teori evolusi Charles Darwin

D.   Tinjauan ontologi terhadap ilmu pengetahuan
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Dimana awal mula alam pikiran orang Yunani telah menunjukkan perenungan dibidang ontology seperti yang kita kenal “Thales” atas perenungan terhadap air yang merupakan subtansi terhadap asal mula dari segala sesuatu.
Asalnya air dapat di amati dari beberapa bentuknya. Air dapat menjadi benda halus berbentuk uap, ia juga dapat menjadi cair bahkan dapat menjadi benda keras berupa es, Secara totalitas air dapat dijadikan sumber kehidupan seluruh makhluk hidup, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun manusia. Para filosof selalu mencari apa yang pertama yang ada dibelakang yang ada dan bersifat hakiki atau dasar yang dibelakang segala yang ada.
Berpijak dari alasan Thales, ontology merupakan cabang filsafat yang mendeskripsikan hakekat wujud. Di mana ilmu pengetahuan dari segi ontology selalu mengkaji yang telah diketahui atau yang ingin diketahui. Dari fenomena yang terjadi disekitarnya manusia melakukan berbagai aktifitas untuk mengetahui apa sebenarnya di balik apa yang diraba oleh pancaindranya, sebab ilmu hanya mengkaji ada bagian yang bersifat empiris yang dapat diuji oleh pancaindra manusia.
Ontologi merupakan kawasan ilmu yang tidak bersifat otonom, ontology merupan sarana ilmiah yang menemukan jalan untuk menagani masalah secara ilmiah. Oleh karena itu ontologis dari ilmu pengetahuan adalah tentang obyek materi dari ilmu pengetahuan itu adalah hal-hal atau benda-benda yang empiris.
Adapun dalam pemahaman ontologi dapat dikemukakan dengan Pandangan Pokok Pikiran sebagai berikut:
1.    Menoisme, Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu adalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa meteri atupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkmbangan yang lainnya. Istilah monoisme oleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terbagi kedalam dua aliran.
a.    Meterialisme, aliran ini menggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani, aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.
b.    Idealisme, Sebagai lawan materialisme adalah aliran idialisme yang dinamakan dengan spritualisme. Idialisme berarti serba cita, sedang spritulisme berarti ruh.
2.    Dualisme, setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monisme) baik materi ataupun ruhani, ada juga pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran ini disebut dualisme. Aliran ini berpendapat bahwa terdiri dari dua macam hakikat sebgai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani. Pendapat ini mula-mula dipakai oleh Thomas Hyde (1770).
3.    Pluralisme, paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui semua macam bentuk itu adalah semua nyata. pluralisme dalm Dictionory of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang mnyatakan bahwa keyataan ala mini tersusun dari banyak unsure, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxa goros dan Empedocles yang menyatakan bahwa subtansi yang ada itu berbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.
4.    Nihilisme, bersal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui viliditas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Tuegeniev dalam novelnya Fathers and Childern yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Dalam novelnya itu Bazarov sebagai tokoh sentral mngatakan lemahnya kutukan ketika ia menerima ide nihilisme.. Tokoh aliran ini adalah Friedrich Nietzsche (1844. 1900 M) dilahirkan di Rocken di Prusia, dari kelurga pendeta dalam pandangannya bahwa “ Allah sudah mati” Allah kristiani dengan segalah petrintah dan larangannya sudah tidak mrupakan rintangan lagi.
5.    Agnosticisme, paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata Agnosticisme berasal dari bahsa Grik Agnostos yang berarti unknown. artinya not artinya know. Timbulnya aliran ini karena belum dapatnya orang menegnal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdidri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini menyagkal adanya kenyataan mutlak yang bersifat transcendent. Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti, Soren Kierkegaan, Hiedegger, Setre dan Jaspers. yang dikenal sebagai julukan bapak filsafat.

E.    Argumen ontologi ditinjau dari presfektif agama
Filsafat agama mengajukan beberapa argumen tentang adanya Tuhan. Salah satu di antara argumen-argumen tradisonal yang diberikan filsafat agama ialah argumen ontologisme teori tentang wujud dan hakekat yang ada.
Argumen ontologi dimajukan pertama kali oleh Plato (428-348 SM) dengan teori ideanya. Yang dimaksud dengan idea adalah definisi dan konsep universal dari setiap sesuatu. Kuda mempunyai idea atau konsep universal. Idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tipa kuda yang nyata dalam alam nyata, baik kuda itu kecil atau besar, jantan atau betina, warna hitam, putih atau berbelang, baik pincang atau tidak, baik hidup ataupun sudah mati. Idea kuda itu adalah paham, gambaran atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda, baik kuda itu berada di Amerika, Eropa, atau Afrika, Asia maupun Australia.
Manusia juga mempunyai idea. Idea manusia adalah badan hidup yang kita kenal dan yang bisa berfikir. Dengan kata lain idea manusia ialah hayawan natiq atau makhluk yang berfikir.
Konsep Hayawan natiq ini bersifat universal, berlaku untuk seluruh manusia besar kecil, tua-muda, lelaki-perempuan, manusia eropa, Afrika, Asia, India, China dan sebagainya.
Demikian setiap sesuatu di alam mempunyai idea, dan idea inilah yang merupakan hakekat sesuatu itu. idie inilah yang menjadi dasar wujud sesuatu. Idea berada dalam alam tersendiri yaitu alam idea. Alam idea berada diluar alam nyata ini, dan senantiasa berupa, bukanlah hakekat tapi hanyalah banyangan, gambaran dari idea-ideanya yang ada dalam alam idea. Dengan kata lain benda-benda yang dapat ditangkap dengan pancaindara dan berubah ini bukanlah benda-benda yang asli, bukanlah hakekat tapi hanya banyangan. yang hakekat dan asli adalah idea-idea yang kekal lagi tetap dan terdapat di alam idea, yang sebenarnya mempunyai wujud ialah idea-idea itu bukanlah benda yang dapat ditangkap dengan pancaindra. Benda-benda nyata adalah khayal atau illusi belaka, benda-benda berwujud karena idea-idea. Idea-idea adalah tujuan dan sebab dari wujud benda.
Idea-idea bukan bercerai berai tak ada hubungan satu sama lain, tetapi semuanya bersatu dalam idea tertinggi yang diberi nama idea kebaikan, atau The Absolute Good yaitu yang mutlak baik. Yang mutlak baik adalah sumber, tujaun dan sebab segala sesuatu yang ada. Yang mutlak baik yaitu disebut Tuhan.
Dengan teori idea Plato mencoba membuktikan bahwa alam bersumber pada sesuatu kekuatan gaib yang bernama The Absolute, atau yang Mutlak Baik.

Menurut St. Agustine (354-430 M). manusia mengetahui dari pengalamannya, bahwa dalam hidup itu ada kebenaran. Dalam keadaan seperti itu akal manusia terkadang merasa bahwa dia mengetahui tapi terkadang mereka ragu-ragu bahwa apa yang diketahuinya itu adalah kebenaran. Dengan kata lain akal manusia mengetahui bahwa di atasnya masih ada sesuatu kebenaran yang tetap, kebenaran yang tak berubah-ubah. Kebenaran yang tetap itulah yang menjadi sumber dan cahaya bagi akal dan usaha mengetahui yang benar. Kebenaran tetap dan kekal itu merupakan Kebenaran Mutlak dan Kebenaran Mutlak itu disebut Tuhan.
Argumen lain Immanuel Kant (1729-1804) seorang filosof Jerman menurutnya ditambahkan wujud tentang konsep sesuatu tidak membawa hal baru tentang konsep itu, dengan kata lain konsep tentang kursi yang mempunyai wujud tidak ada perbedaanya. Konsep tentang Zat Maha Besar dengan demikain tidak mengharuskan adanya Zat Maha Besar itu. Konsep sesuatu yang terbesar sebagai konsep sudah sempurna sungguhpun konsep itu tak mempunyai wujud pada hakekatnya.
Oleh karena itu argumen ontologis ini tidaklah dapat menyakinkan eties atau agnostic untuk percaya pada adanya Tuhan. Argumen ini belum dapat mendorong mereka untuk mengakui bahwa Tuhan mesti ada













BAB III
KESIMPULAN

1.    Ontologis; cabang ilmu filsafat yang menelaah  tentang objek apa yang ada dalam telaah ilmu, dan wujud yang hakiki dari objek tersebut serta hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang akhirnya diharapkan membuahan pengetahuan.
2.    Komponen-komponen ontologi, meliputi Komponen Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Komponen Metode dalam Ontologi Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu :abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik.
3.    Aliran-aliran ontologi, Naturalisme (kenyataan yang bersifat kealaman), Meterialisme (kenyataan yang bersifat benda mati), Idialisme (Kenyataan yan bersifat rohani), Hylomorfisme (yang sungguh ada keculai berupa Tuhan dan Malaikat berupa bahan bentuk) Empirisisme logis (segenap pernyataan mengenai “kenyataan” yang tidak mengandung makna)  
4.    Ilmu Pengetahuan Ditinjau dari Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. dimana awal mula alam pikran orang Yunani telah menunjukkan perenungan dibidang ontologi seperti yang kita kenal “Thales” atas perenungan terhadap air yang merupakan subtansi terhadap asal mula dari segala sesuatu.
5.    Yang sebenarnya mempunyai wujud ialah idea-idea itu bukanlah benda yang dapat ditangkap dengan pancaindra. Benda-benda nyata adalah khayal atau illusi belaka, benda-benda berwujud karena idea-idea. Idea-idea adalah tujuan dan sebab dari wujud benda.



DAFTAR PUSTAKA

  1. Bagus Loren, Kamus Filsafat (Cet. III; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.
  2. Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006
  3. Issawi Charles, Filsafat Islam tentang Sejarah Cet. II; Jakarta: Tintamas, 1976
  4. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996.
  5. Kamaruddin, Kamus Istilah Karya Ilmiah Cet. II; Jakarta: Bani Aksara, 2002
  6. Wahyudi Asmin dengan judul Aliran dan Tiori Filsafat Islam Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
  7. Muhadjir Noeng, Filsafat Ilmu, Penerbit Rake Sarasin, Yogjakarta, 2001.
  8. Ismaun, (2004). Filsafat Ilmu, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
  9. Sadullah, Uyoh. (1994). Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: PT. Media Iptek.
  10. Saepudin, Endang Anshari. (1980). Agama dan Kebudayaan, Surabaya: Bina Ilmu.
  11. Suriasumantri ,J.S. (1999), Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.









Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Ontologi"

Posting Komentar